Setengah empat pagi, bus
yang aku tumpangi merapat di dekat pintu keberangkatan bandara. Beberapa orang
yang duduk di kursi depan terburu-buru turun untuk mengambil bagasi, sementara
aku masih mengucek mata yang harus bangun saat suara mesin bus Samarinda Lestari
sudah tak menderu lagi. Bus malam itu melaju cepat tiada halangan. Beberapa
kali dengan sigap sopir bus berkelok mengemudikannya melewati tikungan-tikungan
tajam. Hasilnya, kami sudah berada di bandara yang belum dibuka untuk umum.
Aku turun dari bus dengan
mata setengah terpejam kemudian mengambil koper biru yang ada di bagasi, menyeretnya
dengan tangan kiri. Tangan kananku menenteng tas hijau tua selebar satu
setengah meter yang berisi biola. Biola ini akan aku bawa pulang. Satu tas
kecil berwarna hitam kuning bertuliskan eiger masih setia di punggungku.
Petugas bandara belum
membuka pintu keberangkatan sehingga aku terdampar di lantai depan pintu.
Sambil menunggu pukul empat, dengan cepat ku nyalakan handphone yang sengaja
kumatikan saat perjalanan ke Balikpapan untuk menghemat power. Ku aktifkan
internet, lalu jari-jari ku tanpa disuruh menekan password lalu mencari gmail
dalam folder-folder aplikasi. Beberapa notifikasi dari postcrossing dan ebay
sudah tak sabar untuk dibaca. Satu notifikasi dari paypal memberitahukan bahwa
pelanggan dari Brasil telah membayar pesanannya sehingga aku harus mengirim
item yang dibeli. Order telah terkirim siang ini sehingga aku hanya perlu
memberikan tracking number kepada si pembeli. Pekerjaanku selesai.
Pesawat yang akan
mengantarkanku ke Surabaya akan lepas landas pukul sepuluh. Aku harus mengunggu
enam jam kedepan. Lama sekali. Gerbang keberangkatan telah dibuka. Beberapa
penumpang segala macam pengerbangan pagi langusung sibuk mencari tempat mereka
check in. Aku yang masih mematung beranjak dari tempatku duduk ke sebuah bangku
ubin. Aku duduk disana, merapatkan kedua kakiku yang mulai kedinginan karena
hanya mengenakan celana sepanjang lutut sejak dari Bontang.
Aku mulai membuka lembar
pertama buku yang ku beli dari pameran tahun baru di Koperasi beberapa waktu
lalu. Dengan membaca basmallah aku mulai membaca novel karya Ahmad Fuadi.
Sampul depan buku bergambar dedaunan maple dan ek yang memudar hijaunya, menjadi
lebih orange dan merah. Walau jika ku bandingkan dengan daun yang gugur di
depan hotel Auberge saat aku di Kanada beberapa minggu lalu. Warna nya lebih
segar karena yang ku temui hanya daun coklat tua yang sudah terkena dinginnya angin
musim dingin.
Beberapa halaman sudah ku bolak-balik
sampai datang waktu subuh. Setelah sholat, aku kembali ke tempat tadi, menekuk
kakiku dengan posisi bersemedi lalu lanjut membaca beberapa halaman. Aku
ketagihan dengan cerita yang mengalir dan tak dapat ku lepas sampai aku tahu
akhir cerita minimal dalam satu bab.
Tanpa terasa, sudah dua
jam aku membaca Ranah 3 Warna. Ini saatnya aku check in. Seorang pegawai garuda
memberikan senyum teramahnya ke arahku yang langsung mendekatinya tanpa ada
seorang pun didepan ku. Benar, aku orang pertama yang check in untuk
penerbangan tujuan Surabaya pagi itu. Aku menaruh koper biru berisi baju ke
conveyor disamping dan menyerahkan selembar kertas booking berlogo garuda dan
kartu identitasku. Dia memijit tombol-tombol komputernya kemudian menghasilkan
suara percetakan dan tiket ku jadi. Aku memintanya memberiku kursi dekat dengan
jendela agar aku dapat melayangkan pandanganku ke arah langit dan awan-awan
ciptaan Tuhan. Dan sesekali melihat kebawah yang biasanya hanya berwarna biru
laut.
Kini hanya tinggal tas
ransel dan tas biola yang kubawa masuk ke ruang tunggu bandara. Aku langsung
berjalan ke timur menuju gate nomor delapan walaupun tiga merupakan angka gate
yang ada di tiket ku. Aku lapar. Longue adalah tempat yang ku tuju untuk
mendapatkan makanan gratis hanya dengan menunjukkan sebuah kartu kredit
terbitan bank swasta yang biasa ku pakai untuk transaksi yang tidak terduga.
Hanya dengan bermodal satu rupiah dan sebuah sms bertema travelling aku bisa
makan gratis sepuasnya.
Dalam satu piring, aku
hanya mengambil mie lalu aku taburi ikan teri asin kecil-kecil yang seharusnya
menjadi pasangan bubur. Tapi entah kenapa aku menyukai rasa kombinasi mie dan
ikan asin tersebut. Lalu dua gelas jus semangka dan beberapa potong pancake
sebagai kudapan. Masih empat jam lagi, aku selesaikan makan lalu mengambil
segelas jus dan beberapa potong pankcake untuk menemani buku yang kubaca.
Beberapa kali aku meneteskan air mata kala membaca kisah menginggalnya ayah si
tokoh atau tertawa kecil ketika kisah lucu diceritakan. Beberapa orang
memandangku aneh tapi aku hanya melengos. Coba kalau mereka yang membaca, pasti
akan bersikap sama denganku. Batinku.
Selesai dua bab kubaca
setelah makan. Waktu nya berpindah ke gate tiga, ruang tungguku. Aku duduk
ditempat yang paling strategis. Benar, tempat yang paling dekat dengan sumber
power untuk handphone ku yang sudah mulai menipis persentasenya dan untuk
laptopku. Laptop yang kubuka sekarang mencari sinyal wifi bandara. Lalu
tanganku mengetik post… dan scroll kebawah dengan mouse lalu enter. Aku menuju
dunia postcrossing. Aku mulai menulis empat alamat yang harus segera aku kirimi
kartu pos yang harus kutulis dalam aksara jawa. Aku mulai mecari huruf jawa
tersebut diinternet, lengkap dengan pasangan huruf, dan tanda bacanya. Aku
mulai menulis.
Langkah selanjutnya adalah
mencari beberapa kalimat jawa yang akhirnya hanya tiga yang dapat ku tulis
dalam sebuah kartu pos. Mimi lan mintuni, Kaya banyu karo lengan, Nguyahi banyu
segara. Ku tulis dengan aksara jawa, cara baca, dan artinya dalam bahasa
Inggris karena para penerima kartu-kartu ini berasal dari negara dengan budaya dan
bahasa yang berbeda. Kartu pos siap dikirim!
Tepat setelah aku menulis
kartu teakhir. Panggilan untuk segera memasuki pesawat GA351 tujuan Surabaya
meraung membuyarkan beberapa orang yang duduk didekatku. Aku mengemasi barang
lalu menjinjing tas biola ku dan masuk pada antrian. Bismillah semoga aku
selamat sampai tujuan.
kenapa biolanya dibawa ke Surabaya? :(
ReplyDeletekarena ada yang lebih bakat main biola di gresik :D
ReplyDeleteow jadi dari awal mau beliin yg di gresik to x-)
ReplyDelete